Jumat, 22 April 2016

analisis cokelat monggo yogyakarta









PENDAHULUAN

1.1.       Sejarah Cokelat Monggo
Sejearah berdirinya Produksi Cokelat Monggo berawal daritahun 2001, ada seorang yang berkebangsaan Belgia datang ke indonesia, pada awalnya beliau tidak bermaksud dan tidak mempunyai persiapan untuk mendirikan usaha cokelat di indonesia. Pemikiran untuk memngembangkan usaha cokelat timbul saat beluan melihat beberapa usaha cokelat yang ada di Indonesia khususnya di Yogyakarta tapi dengan kualitas cokelat yang rendah, padahal Indonesia merupakan salah satu negara penghasil Kakao terbesar. Lalu beliau mempunyai ide untuk membuat produk cokelat cita rasa Belgia sendiri dengan sumber daya yang terbatas.
Produk cokelat yang dihasilkan pertama kali diberikan kepada teman-teman Indonesianya dan secara langsung membuat teman-teman Indonesia tersebut merasakan nikmatnya coklat tersebut. Sehingga mereka menyarankan agar dia untuk memproduksinya lagi. Kemudian pria itu membuat cokelat lebih banyak lagi dengan mengendarai Vespa tua berwarna pink, yang disulap menjadi sebuah tempat berjualan. Setiap Minggu pagi pria ini berjualan di daerah UGM dan di daerah luar Gereja Kota Baru. Tujuannya hanya untuk kesenangan serta mencari minat dan reaksi dari masyarakat, bukan semata -mata untuk mencari keuntungan. Hal tersebut sangat menarik dan menjadikan pria itu sebagai Pembuat cokelat pertama di Yogyakarta.
Untuk mewujudkan impiannya, maka pria tersebut menggabungkan sumber daya yang terbatas dengan modal yang ada. Ide pertama muncul untuk membuat sebuah toko, namun hal itu gagal dan tidak di lanjutkanNamun demikian, pria tersebut tetap melanjutkan rencananya, dengan pembukaan sebuah perusahaan Anugerah Mulia, pada tahun 2005. Tim Anugerah Mulia berkumpul untuk mencari inspirasi, yaitu Edo sebagai direktur, Burhan sebagi staf kreatif, dan Thierry sebagai pembuat cokelat. Perusahaan tersebut memiliki tim kecil yang penuh kreasi dan akhirnya meluncurkan produknya yang pertama dengan nama Cacaomania yang berupa cokelat praline yang ditujukan bagi kawula muda. Nama tersebut akhirnya ditinggalkan karena nama tersebut terlalu umum dan mereka membutuhkan nama yang khusus untuk dapat diluncurkan di pasaran.
Perubahan nama dari Cacaomania menjadi Cokelat Monggo dikarenakan kata Cacaomania tidak bisa diterima untuk dijadikan Brand. Monggo adalah sebuah kata dalam bahasa Jawa yang berarti “silahkan” yang selalu digunakan oleh orang–orang Yogya sambil mengacungkan ibu jari, ataupun ketika kita lewat di depan orang, serta pada saat kita mengundang orang masuk ke rumah atau meninggalkan rumah seseorang.  Namun demikian, kata monggo bukanlah berasal dari Yogyakarta, Monggo adalah kata yang umum diucapkan oleh setiap orang jawa, jadi lebih tepatnya Cokelat Monggo adalah sebuah cokelat yang dibuat dengan Perpaduan budaya Belgia dan Jawa, Yogyakarta pada khususnya. Budaya belgia sendiri diambil dari jenis dan kualitas cokelat yang berbeda dari produk cokelat lainnya.
Prestasi yang dicapai hingga saat ini yaitu:
·         Mendapatkan penghargaan yaitu Bintang 2 dari BPPOM dalam hal keamanan konsumsi.

1.2.       Profil Produk


Produksi cokelat Monggo sendiri menggunakan 100% coco water tanpa mengandung tambahan lemak nabati dan hewani serta tanpa pengawet kimia. Hal tersebut menjadikan Cokelat Monggo tidak bisa bertahan dalam jangka waktu yang lama (tahunan), karena itu daya tahan dari Cokelat Monggo sendiri hanya bertahan selama 1 tahun.
Produk dari cokelat Monggo sendiri terdiri dari:
1.    Cokelat batang 40gr
2.    Cokelat Papan 80gr
3.    Oleh-oleh Monggo
4.    Produk pesanan
5.    Produk musiman
6.    Horeka dan label pribadi
7.    Paralines
a)      Diferensiasi produk
Cokelat monggo menciptakan diferensiasi yang sangat baik, dengan belum adanya produk cokelat yang dibuat dengan 100% cocowater, membuat usaha ini tidak mempunyai pesaing untuk saat sekarang. Hal ini mempermudah cokelat Monggo mudah untuk memasarkan produknya di indonesia.
b)      Inovasi Produk
Cokelat Monggo sudah melakukan beberapa inovasi yaitu:
·         Dulu cokelat Monggo memproduksi Produknya masih mengadung alkohol dan sekarang sudah tidak lagi, ini dikarenakan untuk menarik konsumen bernuansa Islam yang merupakan penduduk terbesar di Indonesia. Dengan itu cokelat Monggo dapat memberikan Jaminan atau Label Halal di produknya.
·         Cokelat Monggo meningkatkan perubahan citarasa produknya, yaitu meningkatkan kepahitan dari produknya. Dan hal ini direspons dengan baik oleh pelanggan. Sekaligus menciptakan ciri khas dari cokelat Monggo itu sendiri.



ISI LAPORAN

2.1.       Manajemen Perusahaan
A.    VISI DAN MISI
VISI:
ü  Dengan adanya Cokelat Monggoini kami ingin mengembangkan berbagai panganan yang terbuatdaricoklat . Dan berharap dengan adanya Cokelat Monggo ini semua orang dapat menyukai panganan yang terbuat dari cokelat.

MISI:
ü  Dengan mengkreasikan cokelat menjadi pangan yang disukai oleh semua kalangan.
ü  memberikan pelayanan sebaik-baiknya kepada semua customer kami

Selain Visi dan Misi cokelat Monggo juga memiliki slogan yaitu “CUEGS”
CUEGS memiliki arti sebagai berikut:
ü  C): Care, cokelat Monggo peduli terhadap lingkungan sekitar, dari masyarakat hingga pada alam. ini dibuktikan cokelat monggo selalu mendukung kugiatan masyarakat sekitar, kepedulian cokelat Monggo terhadap alam yaitu bungkus produk sendiri terbuat dari bahan-daur ulang dan dapat terurai jika menjadi sampah.
ü  U): Unik, cokelat Monggo merupakan suatu produk cokelat yang diciptakan dari perpaduan budaya Indonesia dan Belgia.
ü  E): Educate, mengedukasi kepada orang Indonesia bahkan dapat menikmati cokelat dengan kualitas yang sama dengan luar negri
ü  G): Genuin, asli dari Indonesia, dan asli cokelat murni.
ü  S): Share, memasarkan produk sekaligus mengenalkan budaya.


2.2.       Proses Produksi



Proses pembuatan produk dari bahan mentah hingga menjadi bahan baku melewati beberapa proses dan memakan waktu, mulai dari melelehkan hingga Packing memakan waktu sampai 1 hari. Di Yogyakarta produksi cokelat Monggo mencapai 300 kg/hari. Proses produksi masih menggunakan 80% tenaga manusia, walau demikian ketergantungan terhadap Tekhnologi besar, dengan didukung oleh 65 karyawan di bagian produksi yang semuanya wanita.Pengambilan bahan baku (biji cokelat) sendiri diambila dari perkebunan cokelat di Jawa, Sumatra dan Sulawesi.
a.       Ketergantungan pada Tekhnologi
Dalam proses produksi cokelat Monggo ketergantungan pada tekhnologi sangat jelas terletak pada bagian melelehkan cokelat. Untuk melelehkan cokelat dibutuhkan suhu yang cukup tinggi.
Selain ketergantungan pada melelehkan cokelat, ketergantungan terhadap tekhnologi juga diperlukan disaat menjaga suhu produk yang sudah jadi agar tetap dingin dan keras.
b.      Perencanaan Produksi
Dalam Perencanaan Produksi, ditentukan dalam rapat pihak manajemen peusahaan. Yang mana didalam rapat ini dibahas hasil analisis permintaan pasar terhadap produk cokelat Monggo sendiri.
Dari perencanaan produksi ditetapkanlah kebutuhan persediaan bahan baku. Semua perencanaan persediaan bahan baku  dan penetapan biaya produksi sudah menggunakan akutansi yang terkomputerisasi dan sedikit menggunakan tenaga manusia.
c.       Quality Control
Untuk tetap menjga kualitas produk, cokelat Monggo sudah melalui beberapa tahap pengujian kelayakan. Proses produksi sendiri sangat diawasi dengan ketat, dengan adanya beberapa peraturan yang bertujuan untuk menjaga kualitas dan kesterilan dari cokelat Monggo. Tapi tetap saja untuk Quality Control pada cokelat monggo masih manual.
Terdapat beberapa aturan yang ada di dalam area produksi cokelat Monggo misalkan :
Ø  Tidak diperbolehkan sembarang orang yang masuk ke ruang produksi
Ø  Bagi karyawan bagian produksi yang sakit atau terdapat luka tidak diperbolehkan masuk ruang dan bekerja di ruang produksi
Ø  Karyawan bagian produksi tidak diperbolehkan mengenakan perhiasan ketika bekerja

2.3.       Aspek Pemasaran
Dalam aspek pemasaran ada beberapa poin penting diantarannya :
a.       Segmen Pasar
Segmen pasar yang dituju cokelat Mongo masih berkisar di dalam negri, ini dikarenakan keadaan perusahaan yang masih berkembang dan bisa dikatakan belum cukup lama. Cokelat Monggo masih ingin memenuhi kebutuhan konsumen yang berada di pulau Jawa dan Bali, dan juga memperluas pemasaran produk ke pulau lainnya hinggan menuju Indonesia bagian timur.
b.      Posisioning Perusahaan
Cokelat Monggo menjadi pemain tunggal di kelasnya, ini dikarenakan cokelat Monggo merupakan satu-satunya jenis produk cokelat yang menyajikan produk cokelat yang mengandung 100% cokelat murni. Dan ini membuat pemasran cokelat Monggo tidak ada kendala dalam persaingan.
c.       Market share
Market Share cokelat Monggo sendiri masih berjalan di tingkat lokal dan bisa dibilang lancar, non competitor salah satu sebab pemasaran cokelat Monggo menjadi lebih muda.
d.      Sarana Promosi
Dalam mempromosikan Produknya, cokelat monggo menetapkan beberapa sarana promosi diantarannya : dengan mengiklani beberapa Iven penting, kegiatan-kegiatan sosial, dan juga sudah menggunakan Wab untuk mengenalkan Produk kepada konsumen.
e.       Tantangan Usaha
Tidak ada kendala serius yang di miliki cokelat monggo untuk menjaga keberlanjutan usahanya, ini dikarenakan belum adanya pesaing untuk cokelat Monggo.
2.4.       Sistem Distribusi
Dalam mendistribusikan produk kepada konsumen, cokelat Monggo menggunakan beberapa cara yaitu:
a.       Langsung melakukan penjualan kepada konsumen
b.      Menggunakan jalur distributor untuk daerah yang jauh, khususnya yang berada di luar pulau Jawa
Dalam mendistribusikan produknya, cokelat Monggo tidak terlalu mendapatkan kendala yang cukup berarti, diakrenakan cokelat Monggo adalah pemain tunggal di indonesia hingga banyak pihak yang siap membantu mendistribusikan produknya ke konsumen. Ada kendala yang dimiliki oleh cokelat Monggo dalam mendistribusikan produknya, yaitu ketergantungan produk pada suhu yang dingin, jadi setiap cabang distribusi harus menyediakan alat pendingin terlebih dahulu agar bisa menjadi distributor bagi cokelat Monggo.
2.5.       Aspek MSDM
Dalam aspek sumber daya manusianya cokelat monggo menerapkan beberapa kebijakan dan juga memberikan timbal balik yang baik bagi karyawan. Pihak perusahaan selalu memperhatikan stamina para karyawannya, diketahui jika ada tanggal merah pada kalender nasional, pihak perusahaan menetapkan sebagai hari libur bagi para karyawan dan juga tidak ada paksaan untuk lembur.
Beberapa poin yang dapat diambil dalam aspek Manajemen Sumber Daya Manusia di cokelat Monggo yaitu:
a.       Perekrutan Karyawan
Dalam perekrutan karyawan pihak perusahaan cokelat Monggo memberikan kebijakan untuk pendidikan minimal yaitu lulusan SMK Tataboga, hal ini untuk menunjang kinerja karyawan di perusahaan dengan menuangkan keahliannya dalam membuat suatu makanan dalam bentuk prduk cokelat.
b.      Sistem penggajian dan Konpensasi
Dalam penggajian dan pemberian konpensasi Pihak MSDM cokelat monggo memberikan gaji diatas UMR. Dan juga memberikan bonus bagi karyawan yang memberikan kontribusi yang lebih bagi perusahaan, misalkan lembur kerja dan sebagainya.
c.       Pelatihan karyawan
Bagi karyawan yang baru di rekrut akan mengikuti training di perusahaan minimal selama 1 bulan. Dan jika sudah dianggap bisa berkontribusi atau kinerjanya memuaskan maka karyawan tersebut bisa menjadi karyawan tetap.
2.6.       Aspek Keungan
Dalam aspek keuangan perusahaan terutama modal usaha cokelat Monggo masih menggunakan modal sendiri, belum ada penetapan modal usaha dari luar misalkan Investor. Dalam mendapatkan modal untuk meneruskan usahan pihak cokelat Monggo mengelola keuntungan dan dijadikan modal kedepannya. Adapun menggunakan pinjaman Bank untuk membantu pengembangan usaha.






catatan penting: 
analisis ini dibuat pada tahun 2014 dan masih banyak kekurangan, tujuan dibuatnya artikel ini untuk membantu pustaka keilmuan dan pengembangan pengetahuan bagi pembaca tentang keberadaan cokelat monggo di yogyakarta, semoga artikel ini dapat bermanfaat dan penulis meminta maaf untuk semua kesalahan yang mungkin terdapat di artikel ini. semoga masyarakat indonesia dapat mengenal lebih banyak keberadaaan cokelat monggo yogyakarta ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar